Rabu, 31 Desember 2014

31 Desember 2014

Kali ini gue cuma mau curhat, karena gak ada (manusia) yg bisa diajak ngobrol.. udah bosen ngomong ma burung yang hinggap di pohon depan jendela kamarqu atau pun ngobrol ma bungaku yang baru mekar..

Well.. sepi banget di asrama,

Namun setidaknya ada satu hal yang bikin gue senang... tadaaa : bunga Amaryllis yang gue tanam mekar dengan semekar-mekarnya tepat di hari ini. Yeay...



Tapi.. di luar berisik banget, untung saja ini bukan jaman perang karena kalau ini jaman perang pasti semua orang dah siaga 1! Dari kemarin letusan kembang api bertebaran di penjuru langit padahal baru hari ini penghujung kalender masehi berakhir. Ckckck bikin gue gak bisa tidur..

Tadi malam kali pertama lihat "fireworks" dari jendela kamar : woww cooll...
beberapa saat kemudian, kali kedua : amazing... cantiknya
lalu menit berikutnya, kali ketiiga : Wah.. lebih berwarna...
Kali keempat : Kok lama banget, gak berhenti2
Kali kelima : lah makin rame aja
Kali kesekian, keesokan harinya : Aduh kapan berhentinya ini (besok pagi kelesss).. aaghh  tidaak.. gak bisa tidur

Kalo kumpul ma teman2 bisa jadi gak bakal kerasa sih.. tapi karena lagi ngerjain tugas tok! Ditemani secangkir teh plus bikuit.. huff jadinya menggalau deh...

Untung saat seperti ini masih bisa main gaget, yah lumayan terhiburlah.. aktifin whats'up lanjut facebookan cukup membantu mencairkan suasana.. tapi dipikir-pikir, gue kayak orang aneh yang ketawa-ketawa sendiri gegara baca comment nak2 di whats'up..

Harusnya hari ini gue bersama keluarga bukan hanya untuk merayakan tahun baru tapi merayakan hari lahir mom.. atau setidaknya berkumpul dengan sahabat2 kayak mbak nita atau wastu atau majek atau zizah (eh gak bisa dink doi baru merit) atau nak2 teman seperjuangan di BDP dulu atau kalo nggak gue bisa ke Quratunnada (taman asuhan) yg nak2 nya penuh dengan semangat jadi bisa bikin gue lebih semangat. Tapi kenyataannya gue di sini di negeri kincir angin negeri yang gue idam-idam kan dengan setumpuk tugas dan jurnal yang harus dibaca. Nah loh.. welcome to the student's world

WANYA GAK USAH MERATAPI HIDUP cukup jalani hidup loe aja.. baca jurnal loe, kerjain tugas loe dan selesaikan proposal loe.. Gitu aja kok repot..wkwkwkwk

Bersiap mengucapkan "Happy birthday to my mom" smoga sehat selalu, dilindungi selalu, dimudahkan rejekinya selalu dan dibahagiakan selalu aamiin aamiin aamiin.. Ya Allah sebagaimna Engkau menjawab mimpi-mimpiku, tolong sekali lagi kabulkan permohonanku kali ini aamiin.

" Menjelang malam tahun baru 2015, Meski berisik belum tentu bisa meramaikan.. Meski sepi belum tentu menenangkan.. jalani saja Ok! Smoga bahagia Wanya n Gud luck!"

Senin, 15 Desember 2014

Kikuknya Wanya Part 1

Museum Bronbeek, 22 November 2014
Entah darimana ide ini muncul, tiba-tiba gue melakukan tour ke museum-museum di Belanda. Museum Bronbeek menjadi kunjungan museum ke dua gue setelah kunjungan pertama ke Museum Sepeda yang terletak di kota gue sendiri yaitu Nijmegen.

Museum Bronbeek, mulanya merupakan bangunan salah satu "Royal Palace" namun kemudian dibeli oleh King William III dan diberikan kepada negara sebagai tempat peristirahatan "rumah" bagi para veteran tentara KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang dalam sejarah Indonesia kita kenal sebagai Tentara Belanda yang menduduki Indonesia (http://en.wikipedia.org/wiki/Bronbeek). Jadi singkatnya, kalau teman-teman berkunjung ke sana akan sering bertemu dengan para tetua alias para jompo (kakek-kakek) veteran KNIL. Ya jelas lah karena museum ini juga sekaligus rumah mereka.
 Gbr 1. Manekin tentara KNIL

Gbr 2. Sensus penduduk di Batavia 1679

Nah, sewaktu ke sana saya ditemani oleh seorang teman bernama “R” (inisialnya aja). Dia seorang pemuda keturunan Belanda yang cukup tertarik dengan sejarah Indisch. Jadilah dia menjadi guide gak resmi gue di sana. 2 jam lebih, gue & R keliling museum melihat berbagai macam bukti sejarah perlawanan bangsa gue terhadap Belanda sekaligus perjuangan para pendahulu mencapai kemerdekaan. Dari senjata bambu runcing sampai meriam. Dari tokoh Belanda yang datang ke Negara gue sampai para pahlawan kemerdekaan merah putih. Lalu gue sadar “Merdeka” menjadi kata yang mudah diucapkan tapi ternyata menyimpan segelimang air mata. Lalu kenapa gue kikuk?

Hahaha… ini sepenggal cerita tentang kekikan gue di negeri Belanda. Jelas saja kikuk, gue banyak diceritakan tentang bagaimana sulitnya para pendahulu gue mengusir penjajah dan itu diceritakan oleh seorang keturunan “penjajah”. Ckckck... mau kesel dia sudah berbaik hati jadi guide, mau senang isi sejarah tentang penjajahan menyedihkan semua, mau marah juga buat apa?marah ke siapa? Lagi pula R temanku itu juga mengerti adanya ketidakadilan yang terjadi di masa lalu, tentang bangsa gue dan bangsa dia. R bahkan menegaskan, dia banyak belajar dari sejarah. Hari ini dan selanjutnya tidak boleh terjadi seperti itu lagi. Wuihh... gue harap juga begitu.
 Gbr 3. Meriam Aceh

Gue makin kikuk ketika kami bertemu dengan seorang kakek yang mengaku veteran KNIL. Si kakek mengajak kami berkeliling mengamati peninggalan-peninggalan sejarah sembari memberi penjelasan yang tidak tertera di papan penjelasan pajangan museum. R teman gue pun jadi risih dibuatnya karena sejujurnya R kurang suka mendengarkan pembicaraan orangtua (apalagi kakek-kakek), setidaknya itu yang dia bisikan ke gue (hahaha). Lalu si kakek berkata “Dulu Belanda jahat sekali ke orang-orang Indonesia” dengan aksen bernada melayu sembari menerjemahkan ke dalam Bahasa Belanda karena R jelas gak paham Bahasa Indonesia. Lalu… tetiba R menatap si kakek dengan tajam sembari berbincang dengan Bahasa Belanda yang kemudian jadilah gue yang gagal paham. Dari nada bicaranya sih sepertinya bernada negatif dan benar saja seusai kunjungan museum, R menjelaskan ke gue tentang perbincangannya dengan si kakek tadi. R menegaskan ke si kakek bahwa dia pemuda keturunan Belanda yang tidak berada di masa itu jadi R berharap si kakek tidak menyamaratakan beberapa tokoh Belanda di masa itu dan di masa sekarang. R juga bahkan bertanya balik tentang pendapat gue mengenai negaranya. Nah loh, gue makin kikuk deh.

Jadi gue rasa si Kakek gak bermaksud jahat, dia hanya ingin membuat gue nyaman tinggal di negeri Belanda dan mencoba menjadi warga yang baik dengan mengatakan bahwa dia paham dengan penderitaan bangsa gue di masa lalu. Selain itu, dia mencoba berkomunikasi dengan gue dan agar gue merespon percakapannya dengan santai jadilah dia mengatakan tentang hal seperti itu. Menurutku si kakek hanya ingin berbincang-bincang dan R teman gue itu menanggapinya terlalu serius. Soal pendapat gue mengenai negaranya gue hanya bilang kalo kita hidup di masa sekarang dan banyak kejadian buruk terjadi di masa lalu. Tugas kita sebagai generasi peneruslah yang perlu bekerjasama tentunya yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Lagipula lihat gue sekarang, gue datang ke Negara yang dulu menjajah bangsa gue untuk belajar karena gue sadar negara ini memang lebih maju tentang pengetahuan lagipula banyak tokoh negarawan dari bangsa gue yang belajar ke sini tanpa takut dengan hubungan buruk di masa lalu. Jadi gak perlu khawatir dengan masa lalu selama ada niat untuk memperbaikinya di masa mendatang. Ok! Kemudian satu hal mengenai budaya gue, di Negara gue, mereka yang muda sangat menghormati yang lebih tua jadi ketika yang tua berbicara sudah sewajarnya yang muda mendengarkan bukan berarti harus menyetujui... hehe… R pun manggut-manggut dan mengatakan sepertinya dia paham maksud si kakek tadi. Huff... syukurlah kekikukan teratasi.

Itulah sepenggal cerita kekikukan gue dan sebagai informasi dulu gue kurang tertarik dengan yang namanya sejarah, tapi sekarang di sini di negeri kompeni, gue jadi lebih tertarik J

“It’s not about your life in the past but it’s about what you learn from the past”.   


Senin, 10 November 2014

Detik-detik Menuju Internship Perdana

Niat memulai internship pertamaqu.. Bismillahirrohmanirrohim

Entah bingung, galau, risau, pusing atau apalah namanya perasaan saya saat ini. Sebenarnya ini baru block ke dua saya di jenjang master yang artinya masuk bulan ke empat. Sebagai informasi, di sini course dibagi kedalam 4 block alias kuarter alias caturwulan (masa sekolah jaman tahun 90-an, semasa saya duduk di bangku SD).  Namun sudah dibebankan penyusunan proposal internship. Artinya saya harus memulai melakukan riset di salah satu lembaga bisa di universitas, balai riset negara atau perusahaan tertentu. 

Jelas pusing bukan kepalang, bahasa Inggris saja belum lancar ditambah lagi adaptasi dari materi pelajaran, metode pembelajaran, jenis ujian, budaya setempat eh sekarang harus memikirkan kegiatan magang (internship). Jika harus terjadi maka terjadilah, saya hanya perlu persiapan untuk menghadapinya yang entah seberapa matang persiapan saya kali ini.

Saat saya menceritakan hal ini, saya benar-benar pusing tapi sedikit merasa tertantang juga (hehehe..). Agak bingung harus memulai dari mana karena itu saya putuskan mencari literatur terkait tema internship. Hal yang masih menjadi kekhawatiran saya adalah lokasi internship yang tidak berada satu kota dengan tempat tinggal saya. Artinya ini akan jadi kegiatan yang menghabiskan tenaga, pikiran dan dana (ongkos bolak balik.. waduh). Jika proposal internship saya berjalan lancar. Saya akan memulai kegiatan di bulan Februari dengan atmosfer yang berbeda. Jelas saja, lokasi baru artinya saya akan bertemu dengan orang-orang baru dan situasi baru. Huff.. di kota yang saya tinggali ini saja, saya masih sering nyasar sekarang saya diajak untuk mengenal kota lain. Rencananya, magang akan berlangsung selama 6 bulan (saya hanya bisa berdoa semoga lancar, tepat waktu, tepat sasaran dan hasilnya bisa saya pertanggungjawabkan). 

Tema magang saya sebenarnya cukup menarik (maaf karena belum disetujui, jadi belum saya paparkan yap) namun masih sedikit literatur yang membahasnya. Tentu ini jadi kendala tersendiri sekaligus tantangan bagi saya. Meski jujur ini bukan kali pertama saya melakukan riset dengan minimnya literatur tapi saya tetap saja khawatir. Penguasaan materi masih tergolong minim, skill pengoprasian alat-alat penunjang juga sama minimnya (saya itu gagap teknologi). Jadi, saya hanya bisa berdoa dan berusaha karena cepat atau lambat saya akan menghadapinya bukan! Satu demi satu akan saya hadapi, setidaknya saya sudah bertemu dan berkenalan dengan dosen pembimbing serta supervisor saya nanti. Jadi saya sudah mengambil langkah awal, sekarang bagaimana melanjutkan ke langkah berikutnya.

Sebenarnya saya merasakan banyak keterbatasan dalam diri saya. Bagaimana tidak, sudah lama saya tidak belajar materi science baik dari teks book maupun praktik. Jelas karena setelah lulus sarjana tahun 2010, saya memutuskan menimba ilmu di dunia kerja. Itu pun tidak sejalur dengan materi perkuliahan saya sekarang. Namun demikian, saya cukup puas karena ilmu pengetahuan yang saya peroleh di dunia kerja menjadi bekal softskill saya saat ini. Untuk perkuliahan, saya hanya perlu kembali memahami alam. Mengenal dan melihat alam lebih dekat, sama seperti yang saya lakukan semasa di bangku sarjana, hanya saja kali ini lebih kompleks dengan dunia yang jauh lebih global. Oleh karena itu saya perlu berusaha lebih giat. Jangan menyerah, Go wanya go!  

Jika harus terjadi, maka terjadilah... saya hanya perlu menghadapi... semangat!!   

Sabtu, 01 November 2014

Merantau Lagi Lagi dan Lagi

Nijemegen, ini destinasi rantauan saya sekarang. Yup, benar sekali! Saya sudah beberapa kali merantau tetapi sebelumnya hanya di seputar negeri sendiri seperti Bogor dan Fakfak (Papua Barat).
Di ketiga daerah tersebut saya pasti menemukan hal-hal berbeda yang terkadang menyenangkan dan kadang kurang mengenakan bahkan membuat saya berpikir untuk kembali ke tempat sebelumnya. Namun, entah kenapa saya selalu memilih untuk menghadapinya, bukan karena saya kuat atau hebat tetapi karena saya menemukan kekuatan baru di sana sebut saja teman baru, keluarga baru ataupun sekedar motivasi baru :)
Bogor (destinasi rantauan pertama saya) membuat saya sadar betapa indahnya Kendari (kota asal saya). Jelas saja karena saya pecinta zona maritim alias daerah pantai dan saya tidak menemukannya di Bogor jadi saya sempat kecewa. Tapi.. itu hanya di awal karena selanjutnya banyak hal menyenangkan di Bogor sebut saja kebun raya, curug dan puncak terlebih lagi aneka macam masakan khas daerahnya yang membuat saya betah. Bogor memiliki suhu rata-rata yang tergolong nyaman karena terletak di dataran tinggi membuat udara di sana cukup sejuk (tidak sepanas di Kendari lah ya). Belum lagi makanannya dari asinan, soto bogor, gado-gado, karedok, lontong sayur, batagor, cireng, tahu isi sampai bala-bala saya suka. Namun demikian, semasa di sana saya tetap merindukan santapan ikan bakar khas orang buton (suku di Sulawesi Tenggara). 
Hingga suatu saat, saya merantau ke negeri timur Indonesia tepatnya di Kabupaten Fak-kak untuk menjalankan tugas pengabdian. Dari iklimnya, di sana tidak jauh beda dengan daerah kelahiran saya yaitu kota Kendari. Suhu daerahnya tergolong panas karena terletak di dataran rendah dan berada di daerah pantai. Makanannya tentu seputar seafood cukup berbeda dengan kampung halaman saya. Di sFak-fak, masakan seringkali diberi bumbu pala (buah khas Fakfak yang tergolong rempah-rempah). Belum lagi adat istiadatnya seperti bakar komunian (batu Arab), taro harta (adat pernikahan) dan ritual lainnya makin membuat saya jatuh cinta dengan Indonesia yang memiliki beragam adat istiadat. Saya hanya setahun di sana, jelas tidak lama tapi saya mendapat pelajaran hidup berharga yang bisa saya kenang seumur hidup.

Harta untuk mas kawin kepada pengantin Wanita di Fak-fak

Ketika di Fak-fak, lagi-lagi saya merindukan Bogor dengan segala kenyamanannya. Fasilitas internet, jaringan komunikasi via mobile phone, aneka masakan Bogor, udara sejuk dan air yang selalu tersedia membuat saya rindu dengan kehidupan di Bogor. Namun keterbatasan hidup di Fak-fak tidak membuat saya berhenti mencintai Fak-fak bahkan saya lebih bersyukur bahwa saya bisa merasakan hidup di sana. Fak-fak, dengan segala keterbatasannya menawarkan keistimewaan alam raya maritim yang pernah saya lihat. Sumber kekayaan alam melimpah dengan keindahan lautnya sungguh mempesona bahkan beberapa kali saya menerjang lautan hanya untuk melihat seberapa eloknya negeri cendrawasih ini. Yup, itu jelas terbalas karena keindahan yang saya lihat dengar dan rasakan di sana menutup segala keterbatasan wilayahnya. Motivasi baru pun muncul, di sana sumberdaya manusia belum banyak yang terdidik jadi saya memilih untuk mendidik anak-anak di sana melalui profesi guru di sebuah sekolah dasar di daerah pedesaan. Saya bukanlah superhero ataupun penguasa tapi setidaknya saya bisa menolong beberapa anak di sana untuk memahami pelajaran baik matematika, ilmu alam maupun soial sekaligus menjadi penguasa atas diri saya. Berbahasa, berprilaku baik serta memiliki kepercayaan diri adalah tujuan saya untuk anak-anak itu. Lalu anak-anak itu, ya merekalah yang mengajarkan saya menjadi superhero sekaligus penguasa atas diri saya. 

Siswa-siswi kelas 5, murid perwalian saya di Fak-fak 
Saya takut gelap, tikus, darah, cerita hantu dan masih banyak lagi tapi karena anak-anak di Fakfak. Saya seringkali menembus jalan gelap gulita hanya untuk memberi pelajaran tambahan yang entah untuk kesekian kalinya juga mengalami hal-hal mistis di perjalanan. Saya sempat mengobati beberapa orang anak dan masyarakat yang terjatuh ataupun kecelakaan sehingga membuat bagian tubuh mereka (kaki, tangan ataupun kepala) berdarah. Saya juga betah tinggal di daerah yang banyak tikusnya. Ckckckck... saya benar-benar merasa menjadi orang lain seperti seseorang yang bukanlah diri saya. Jelas keterbatasan di sana membawa motivasi baru bagi saya yang pada akhirnya membawa saya ke destinasi rantauan saya saat ini, Nijmegen.    
Nijmegen adalah salah satu kota tua (masuk dalam jajaran kota tertua) di Belanda. Di sini saya melanjutkan studi strata dua. Dua bulan lebih sudah saya di sini, Udara dingin, masakan yang kurang disukai lidah, bahasa asing, pelajaran yang tidak mudah menjadi tembok raksasa yang harus saya lewati. 
Kegiatan sehari-hari di kamar (mencoba memahami materi kuliah di laptop tersayang)

Suatu hari, saya mengikuti fieldtrip ke daerah perairan (semacam danau buatan) di sini. Semua orang kecuali saya mengenakan pakaian standar (kaos dan jeans) plus jaket tipis namun saya mengenakan jaket tebal (khas winter). Itu karena bagi saya udara sangatlah dingin meski beberapa orang di sana mengatakan "ini masih musim gugur" yang artinya belumlah terlalu dingin tetapi bagi saya ini adalah winter (musim dingin). Hal lain adalah makanan, lidah saya jelas belum terbiasa dengan Roti-keju. Bagi saya nasi tidak bisa digantikan dengan roti. Namun, perlahan saya membiasakan diri mengkonsumsi roti dan keju sedangkan nasi jelas tetap tidak tergantikan tapi dikurangi :). Belum lagi beberapa mata kuliah yang sulit saya pahami serta konflik sosial yang berpotensi terjadi di sekitar saya. Hmm.. saya sempat berpikir apa saya bisa menghadapi itu semua? Well.. jawabannya belum saya temukan bahkan hingga saat ini. Namun, perlahan saya menemukan hal-hal yang bisa berpotensi menjadi kekuatan saya untuk hidup di sini. Apa itu? Rahasia donk (nanti saya ceritakan, insyaallah). 
Inilah negeri rantauan saya sekarang, seperti yang sudah-sudah saya akan merindukan sesuatu yang tidak saya dapatkan di sini tapi untuk saat ini setidaknya saya hanya harus berusaha untuk beradaptasi dan menerima keadaan di sini. Cepat atau lambat saya akan menemukan hal-hal baik diantara hal-hal kurang menyenangkan. Inilah hidup.. Selamat Merantau "Wanya" eh bukan di sini saya dipanggil "Astri" :) Fighting!!! 


"Merantau tidaklah mudah tetapi bahkan di tengah kesulitan sekalipun masih ada hal-hal menyenangkan".

Jumat, 19 September 2014

Hari Pertama di Kampus Hijau

Bismillah... Tarik napas..

Hari pertama masuk kelas, dag dig dug lah pastinya jantung ini. Berapa banyak ya mahasiswanya? Dari negara mana saja mereka? Adakah teman asal Indonesia? ada yang muslim tidak ya? Wah seperti apa metode belajarnya? de el el.

Well, saat itu sudah tidak terhitung lagi berapa banyak pertanyaan yang hinggap di kepala saya. Yah maklum akhirnya saya merasakan juga namanya belajar dalam ruang belajar internasional, tidak tanggung - tanggung dengan bidang yang bukan dasar keilmuan saya yakni "Biologi dengan spesialisasi Manajemen Air dan Lingkungan" karena dasar keilmuan saya adalah perikanan (Gak jauh lah ya, menyemangati diri). 

Benar saja ketika menginjakan kaki pertama kali di kelas, jantung ini terus saja berdegup kencang padahal tidak sedang dikejar hutang ataupun makhluk gaib :)
Yah mungkin karena banyak bule eh orang asing di kelas. Hari pertama, kami (mahasiswa baru) diberi pengarahan oleh 2 orang dosen yang belakangan saya tahu bernama Prof. Hans De Kroon dan Prof. Jan Hendriks. Kedua bapak tersebut juga didampingi oleh seorang penasihat alias konselor (ibunya para mahasiswa) yang bernama Dr. Conny Mooren. Mereka pun memulai pengantar kelas Biologi dengan memperkenalkan bidang keilmuan dan jenis riset yang dapat dilakukan oleh mahasiswa jurusan Biologi. Cakupan keilmuan untuk jurusan ini cukup beragam namun saya tidak akan membahasnya di sini.

Kali ini saya hanya ingin berbagi tentang pengalaman saya hari itu, karena menurut saya ini adalah hal tidak penting yang cukup berkesan dalam hidup saya (hehe...).
Saat itu semua orang cukup tertarik untuk menghadiri pertemuan kelas pertama kami tidak terkecuali saya. Jelas saja, saya tiba 15 menit sebelum jadwal dimulai tetapi kelas sudah hampir penuh. Walhasil saya harus mencari-cari tempat duduk mana yang masih tersedia dan jadilah saya duduk di ujung baris ke dua dari lima baris di ruangan. Syukurlah (sambil mengelus dada).

Teman pertama yang saya kenal bernama Mandy. Dia perempuan berkebangsaan asli Belanda yang juga mendapat gelar kesarjanaannya di universitas ini (Radboud University). Kebetulan Mandy duduk disebelah saya dan jadilah kami berkenalan walau sebenarnya saya juga lupa siapa diantara kami yang pertama kali mengajak berkenalan. Mandy cukup ramah dan banyak memberi saya penjelasan tentang kampus yang tentunya dijelaskan juga oleh para dosen di depan kelas (ketahuan bahasa Inggris saya kurang bagus jadi banyak nanya lagi ke teman di sebelah,hehe..)

Saya semakin terkesan dengan mahasiswa di kelas saya karena ternyata kami berasal dari banyak negara seperti Jerman, Italia, Spanyol, Bulgaria, Rusia, Amerika, Brazil, China, Belanda (Yaiyalah tuan rumah) dan Indonesia yang pastinya negara saya.

Beberapa pertanyaan di atas pun bisa saya jawab. Jadi saya adalah satu-satunya orang Indonesia di Kelas saya hari itu tapi saya juga punya teman Indonesia di jurusan lain yang masih satu fakultas yaitu Medical Biology (masih sepupuan dengan jurusan saya) karena kelas perkenalan digabung jadi saya bisa bertemu Niha teman Indonesia saya itu. Hari itu, kelas digabung tetapi hanya untuk perkenalan saja. Jadi saya dan Niha bisa sekelas namun tidak di hari - hari berikutnya (hiks). 

Kala itu, suasana semakin hangat (dalam artian sebenarnya) karena matahari bersinar cukup cerah menembus dinding kelas. Tidak perlu heran, itu karena dinding kelas kami terbuat dari bahan kaca transparan sehingga memungkinkan cahaya masuk. Dinding kelas (alias kaca) juga dilapisi semacam layar proyektor (LCD) yang bisa dinaikan atau diturunkan sesuai kebutuhan. Jadi, intinya bila cahaya bersinar sangat terik maka layar akan diturunkan tapi kalau mendung atau cuaca tidak begitu cerah maka layar bisa dinaikkan secara otomatis tentunya. Nah ini membuat saya cukup terkesan. Bukan karena teknologinya karena kalau dipikir teknologi yang mereka gunakan biasa saja hanya tombol ON dan OFF untuk layar semacam LCD (ukuran raksasa sih) tetapi karena ide kreatifnya yang memanfaatkan kaca untuk penerang ruangan sekaligus menikmati pemandangan luar nan hijau.

Nah jadilah hari itu sebagai hari pertama saya menjadi mahasiswa magister di kampus hijau. Saya sebut kampus hijau karena kampus ini memiliki banyak taman dengan padang rumput yang luas (semacam rumput gajah ya). Lingkungannya rindang dan segar jadi tidak heran kalau banyak mahasiswa menghabiskan waktu istirahatnya di taman atau bahkan hanya duduk-duduk di atas rerumputan :) 

Disamping itu, saya juga memiliki pengalaman yang cukup membuat wajah saya memerah (malu). Suatu saat masih di hari yang sama saya ingin ke toilet dan jadilah saya mencari-cari tanda atau tulisan toilet yang untungnya tak butuh waktu lama untuk saya temukan. Saat itu, saya cukup terburu-buru dan langsung menarik gagang pintu untuk dibuka namun entah kenapa pintu tidak juga terbuka. Saya tak hilang akal, saya makin menariknya dengan sekuat tenaga namun tidak juga terbuka. Lalu datanglah seorang kulit putih (dalam artian sebenarnya bukannya rasis ya) yang belakangan saya tahu adalah teman sekelas saya memberikan petunjuk untuk mendorong pintu tersebut. Ya benar saja, pintu dengan mudah terbuka (hahaha karena itu sih  malu banget). Saya juga masih kikuk ketika harus minum dari keran di wastafel seakan tidak percaya kebersihan air nya. Yah maklum, air kamar mandi di daerah saya mana ada yang langsung diminum. Maka dari itu sebelum minum saya tak lupa membaca basmallah sambil berdoa semoga airnya adalah air yang menyehatkan (aamiin).

Terus terang saya cukup takjup dengan desain bangunan fakultas saya, tidak hanya moderen tetapi juga artistik. Bangunan tidak hanya berbentuk persegi atau kotak tetapi banyak ornamen sudutnya seperti sarang lebah. Tangga - tangga juga dibuat transparan sehingga jika saya menaiki tangga maka saya dapat melihat keadaan dibawah. Hmm.. sebenarnya ini membuat saya agak khawatir karena takut dengan ketinggian. Namun itu hanya kekhawatiran berlebihan karena tangga dibuat sangat aman dengan jarak anak tangga yang cukup dekat satu sama lain bahkan dengan pegangan disepanjang tangga jadi sebenarnya tidak perlu khawatir (ada - ada aja). Well.. maklumlah masih penyesuaian.

Begitulah cerita pertama saya di hari pertama di kampus hijau. Bismillah semoga hari - hari berikutnya menjadi hari yang lebih menyenangkan :)

Minggu, 07 September 2014

Kota Nijmegen di Mataku

Nijmegen, kota kecil di negeri kincir air ini menyimpan banyak sejarah. Jelas saja, karena kota ini merupakan salah satu kota tertua di Belanda. Pada tahun 1944, kota ini dibom karena disangka wilayah Jerman (Duh kasian sekali).

Namun, pembangunan terus dilakukan hingga menjadi seperti sekarang. Meskipun kota tua, tidak sedikit bangunan moderen hingga bernuansa artistik yang dibangun di sini. Sebut saja Nijmegen Central Stasiun bentuknya tidak bergaya klasik apalagi gedung fakultas science di Radboud University tempatku melanjutkan kuliah bahkan jauh dari kata kuno.

(Gbr 1. Gedung Fakultas Science di Radboud University)

Di sini orang-orang senang bersepeda jadi tidak perlu heran kalau yang namanya motor jarang ditemui. Saya pun termasuk salah satu pengguna sepeda. Tenang saja, bagi yang baru belajar sepeda tidak perlu khawatir karena kota ini juga menyediakan jalur roda dua khususnya sepeda di sini. Bahkan rambu-rambu lalu lintasnya terbagi untuk roda empat, pejalan kaki dan sepeda. Benar - benar kota yang mengutamakan keselamatan pengguna jalan. Saya semakin takjub dengan masyarakatnya yang tidak hanya usia dini tetapi juga kaum lanjut usia juga terbiasa bersepeda bahkan dengan kecepatan selayaknya kaum muda. Benar - benar sehat kan.

(Gbr 2. Parkiran Sepeda di Radboud University) 

Disamping itu, Kota ini juga sangat mempertahankan hijauannya. Banyak taman di tengah kota yang dapat dinikmati terlebih lagi saya menemukan sebuah taman cantik dengan pemandangan benteng pertahanan peninggalan romawi. Jadi kota ini benar-benar penuh sejarah lengkap dengan udaranya yang begitu segar dan bersih. Wah, kota ini benar - benar membuat saya makin betah di sini :)


(Gbr 3. Taman di Tengah Kota Nijmegen)

Jumat, 29 Agustus 2014

Menginjakan Kaki di Negeri Kincir Angin

Selasa, 26 Agustus 2014...

Waktu menunjukan pukul 05.40 pagi, saya tiba di bandara internasional Schipol Belanda. Petugas imigrasinya cukup ramah, dia bertanya tentang tujuan kedatangan saya sampai universitas dan jurusan yang akan saya ambil untuk studi. Cukup lancar terlebih lagi dengan sedikit senyuman di wajahnya, itu jelas membuatku sedikit tenang.

Sebagai informasi, ini pertama kalinya saya berpergian ke luar negeri. Negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand saja belum pernah saya injak tetapi thank you Allah memberikan saya kesempatan menginjakan kaki di negeri kincir angin ini.

Di sini saya sedang melanjutkan studi untuk program master biologi tepatnya di Radboud University Nijmegen. Salah satu universitas ternama di Belanda. Nijmegen adalah kota kecil di Belanda tidak seperti Amsterdam yang katanya ramai, di sini lebih sunyi namun bagiku ini tetap saja kota besar dengan peninggalan bangunan kuno yang masih terjaga. Jelas saja karena Nijmegen merupakan kota tertua di Belanda.

Dari Schipol ke Nijmegen hanya memakan waktu kurang lebih 1,5jam via kereta api. Kereta api di sini sangat nyaman. Keretanya bertingkat dan dalam kondisi baik maksudnya tempat duduknya saling berhadapan dan empuk. Saya pikir ini adalah ruangan kelas VIP tetapi ternayata itu adalah kelas biasa atau yang di Indonesia dikenal dengan kelas Ekonomi.

Saat saya tiba di kota Nijmegen, saya disambut oleh hujan rintik-rintik. Jadilah saya ke sana - kemari dengan barang yang cukup merepotkan ditambah udara dingin yang melanda. Namun, saya cukup beruntung karena saya dijemput oleh teman ayah saya bernama Pak Anema. Beliau seorang kebangsaan Belanda yang cukup lama tinggal di Indonesia (lebih dari 10 tahun) sehingga beliau paham betul bahasa Indonesia (hehe.. beruntung kan). Beliau juga meminjamkan saya sebuah jaket hujan, jadilah hari itu saya mondar - mandir bersama beliau untuk mengurus administrasi di kampus dan di asrama.

(Poto selfie bersama Pak Anema)

Kami berpisah pukul 14.00, karena beliau harus kembali ke Amsterdam tempat tinggalnya. Namun beliau sudah mengantar saya sampai ke asrama. Beliau juga telah menjelaskan beberapa hal penting yang perlu saya ingat seperti :
1. Di sini sangat disiplin tentang waktu. " Kalau kamu ada kuliah jam 08.10, kamu harus datang pada jam itu. Jangan dilebihkan jadi jam 08.15. Ingat ya!"
2. Hati-hati kalau menyebrang, di sini ada jalur untuk mobil, sepeda dan pejalan kaki. "Kalau jalan kaki ya gunakan jalur untuk pejalan kaki, kalau naik sepeda kamu harus di jalur sepeda. Patuhi rambu lalu lintas! Kalau merah kamu berhenti, kalau hijau baru kamu jalan".

Sip... Oke pak, terimakasih. Itulah pengalaman pertama saya di negara kincir angin :)


Kembali Nge-blog

Subhanallah...

Blog ini sudah berapa lama saya tinggalkan. Kepikiran untuk buka akun baru eh pas diingat-ingat akun lama aja jarang difungsikan. So, daripada mubazir (yah.. walaupun gak akan basi sih) blog ini akan saya fungsikan kembali karena menulis adalah sesuatu yang sudah lama terlupakan oleh saya.

Bismillah... Selamat Menulis Astri Wana Wanya Nana Astriwana :)